“Nad, papa mamaku mau cerai !”
Itu ungkap Perak, sahabat ku yang aku kenal 3 tahun ini. Sahabat ku yang berparas cantik, namun berperilaku tomboy.
“Mereka nggak pernah mikir gimana jadi anak tunggal yang kesepian. Tiap hari Cuma ngomong sama hape. Mereka pikir itu enak ??”
“Tapi kan kamu masih punya temen Per, masih banyak yang peduli sama kamu.. aku, juga sahabat kamu kan,” ungkapku.
“Tapi aku lebih butuh mereka, orang yang ngidupin aku sampe sekarang. Mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka. Mereka egois. Mereka nggak pernah mikir gimana jadi aku..”
“Per..”
“Nad, waktu terima raport kemaren yang ambil tu aku sendiri.udah ke enam kalinya kaya gini… Aku tu pingin kaya mereka yang diambilin sama orang tuanya. Aku tu kesepian ,nad…Tiap hari Cuma disediain seragam sekolah sama sarapan. Apa itu cukup ? ha ?”
“Perak..tapi mereka udah nyoba buat peduli sama kamu.. mungkin kita harus ngertiin profesi mereka.”
“Bernaaddd…yang harusnya ngerti itu mereka. Apa susah sih buat nyempetin waktu 1 jam aja buat ngobrol sama aku. MEREKA MAU CERAI NAD, AKU HARUS IKUT SIAPA ??”
Perak menangis.
Aku pun ikut menangis mendengar curahan hatinya.
Nggak pernah kebayang aku punya orang tua seperti itu, mungkin nasibku masih lebih mujur karena meskipun mama ku adalah orang tua tunggal, tapi mama selalu ada buat aku.
***
“Nad, tolongin aku…aku tau kamu sahabatnya Perak kan..tolongin aku biar Perak simpatik sama aku..” kata Ody.
“Usaha ajalah dy, aku nggak bisa bantu banyak,” sahutku.
“Udah Nad, tau ndiri, dia nggak suka sama aku, dia bentak – bentak aku trus. Aku bawain buah – buah an pas sakit malah kamu yang makan. Gimana sih ?!”
“Lahh.. perak aja nggak mau makan, daripada mubazir,hayo..”
“Naaddd,pliss… aku sayang sama dia nad..” pinta Ody kepadaku.
Aku hanya diam. Pikiran ku campur aduk. Di satu sisi, aku kasihan sama Ody karena cintanya ditolak terus sama Perak. Tapi di sisi lain, aku kasihan sama Perak akan masalah-masalah yang dia hadepin sendiri.
“Ntar aku coba dy…”
“Bener ya nad…thanks, aku pulang dulu ya..” katanya pamit pulang.
Dia mengegas motor Satria warna biru, meninggalkan rumahku.
***
Aku masih ingat percakapanku dengan Perak dan Erick kira – kira 3 bulan lalu.
“Ya senenglah, siapa juga yang nggak ketagihan nginep dirumah kamu Per. Udah rumahnya bersih, wangi, luas, ada lapangan bolanya malah dibelakang rumah. Makanannya enak – enak lagi..hahahhaaha,” kata Erick.
Perak hanya tersenyum sinis.
“Apaan sih..udah ahh..beli batagor yuk,” ucapku.
Aku tau masalah yang dialami Perak hanya ia pendam sendiri dalam waktu yang cukup lama, mungkin ia tertekan.
“Ntar yank, aku mau godain dia dulu…”kata Erick padaku.
“Eh, Per, Ody tu suka loh ma kamu…terima aja napa? Ganteng juga, bermodal lagi…” lanjut Erick.
“Karena emang aku nggak suka. Lagian dia bekasnya si Bernad. Ogahh! “
Aku dan Erick tertegun mendengar kata – kata itu.
Aku pura – pura nggak ngrasa apa – apa dan beranjak pergi.
“Pak, batagornya tiga ya ..” kataku pada penjual Batagor.
***
“Nad, papa mamaku habis berantem lagi. Tadi waktu pulang sekolah, aku buka pintu rumah, tiba – tiba udah ada vas melayang di depan aku. Untung aja aku nggak kena,” katanya lewat telpon.
“Aduh Per, terus gimana keadaannya ? Aku perlu kesana sekarang nggak ? Kalo iya, aku telpon Erick sekarang biar bisa jemput ya …”
“Nggak usah Nad, tadi mama nangis terus. Udah ya nad, ntar aku telpon lagi…”
“Per…yang sabar ya..aku tau kamu kuat…” kataku menyemangatinya.
“thanks nad.” Ia menutup telpon.
“Per, aku udah diteras sama Erick, bukain pintu ya…” kata ku ke Perak lewat telpon.
“Hah ! apaan sih ? yaudah, tunggu bentar deh…”sahutnya.
Nggak lama setelah itu, dia bukain pintu.
“Aku takut kamu kenapa – kenapa. Nih, aku bawain roti Wonder coklat, itu dari Ody, katanya suruh kamu yang makan, jangan dibuang, gitu katanya..”
“Apaan sih nad..hahhahaa..aku tuh gak papa..pake dibawain roti segala..hahahha..tapi lumayanlah buat cemilan..hahahaha” jawabnya.
Aku tau kamu ketawa kaya gitu cuman buat nutupin perasaan kamu ,aku tau kamu tertekan, aku tau kamu butuh dorongan.
Aku pengen ngomong itu ke Perak, tapi cuma aku tahan dalam hati.
Aku, dia dan Erick ngobrol cukup lama di rumahnya sebelum aku pamitan pulang.
***
Waktu aku lagi masak, tiba – tiba ada telpon bunyi.
“Nak, kesini ya …,”
“maaf ini siapa ?”
“Ini tante, mamanya Perak…”
“Lohh..ada apa tante ?”
“Udah, kesini aja ya nak..,” dia menutup telponnya. Aku takut. Hatiku deg – deg an. Kenapa mamanya Perak telpon aku sambil nangis..
Aku bingung, sedangkan mamaku sedang sakit di rumah.
Aku pun telpon balik,” Tante, maaf, Bernad nggak bias kesana hari ini, mama sedang sakit.”
“Tapi ini Perak…..” ia berhenti. Aku hanya mendengarnya menangis lewat telpon.
“Tante ? halo, tan? Tante? Tante, ada apa ? perak kenapa tante? Tan …?” tanyaku.
“Besok kamu kesini ya nak..” pintanya padaku. Ia menutup telponnya sambil menangis.
Aku dilema antara sahabat dan orang tuaku.
Tapi aku memutuskan untuk menemani orang tuaku selama seharian itu.
***
Aku berusaha berpikiran positi sama sahabatku yang tomboy itu. Sahabaku yang cantik, sahabat yang selalu dukung aku ngelakuin banyak hal.
Malam itu, seusai baca Alkitab, aku berdoa dan tidur.
***
“Nad….Perak udah nggak ada..” itu sms dari Ody ..tepat jam 00.14
Tapi aku baru membaca pesan itu waktu aku bangun kira – kira jam setengah enam.
Aku nggak bales sms dari Ody.
Aku menangis. Menangis sejadinya. Badanku gemetar. Aku merasa bersalah tak bisa menemaninya setiap saat.
Siang itu, kira kira pukul 11 an .
Aku datang ke pemakaman Perak.
Aku lihat, ia cantik, sangat cantik.
Baru kali ini aku melihatnya memakai gaun putih dengan rambut terurai dan berkalung salib sambil memeluk Alkitab di dadanya.
Ia mengenakan sepatu putih hadiah dariku di hari ulang tahunnya dulu.
Ia tertidur. Tidur dalam mimpi indahnya untuk selamanya.
Tante menceritakan semua padaku sambil menangis..
“Kemarin tante sudah siapkan seragam di kamarnya, ia masih dikamar mandi, suara keran keras sekali, tante pikir ia sedang mandi.
Waktu tante kerja, tante ada firasat nggak enak,jam 2 siang tante buru – buru pulang langsung ke kamarnya Perak. Tante kaget, seragamnya masih ada, kamar mandinya masih tertutup dan air keran masih kencang. Tante panggil-panggil dia nggak ada jawaban. Waktu tante dobrak pintunya, dia udah tidur sama pegang pisau kecil di tangannya.di udah nggak ada nak….”
Aku menangis mendegar itu.
“Tante, maaf, 2hari lalu Perak telpon, katanya ia depresi, katanya hari ini sidang perceraian tante ya…maaf tante, saya nggak bermaksud ikut campur” kataku.
“iya nak…” jawabnya singkat.
“Lalu bagaimana tante ?”
“tante nggak jadi cerai, tante sama oom sayang sama Perak…” jawabnya.
Aku, Erick dan Ody menghampiri perak. Aku lihat bekas luka di pergelangan tangan kirinya. Aku menangis. Aku menghampirinya dan bilang “ Per, maafin aku, aku nggak bisa dateng waktu itu..kamu sahabat terbaikku…”
Erick memegang tanganku , menguatkanku.
“Kamu cantik..aku sayang sama kamu…” ucap Ody sambil menangis.
Selang waktu kemudian..
“Kok aku disini ?? Apaan sih..Perak mana ?” tanyaku ke Erick.
“Tadi kamu pingsan yank..aku yang bawa kamu kesini, tenang aja…Perak udah tenang disana..” jawab Erick menenangkanku.
Aku hanya menangis mendengar kalimat itu. Kalimat yang saat itu benar – benar tidak membuatku terhibur..
Semoga kau tenang disana kawan.
Dinda Avera Hermawan
26-12-2006