Aku mulai memejamkan mata, mencoba mengingat apa
Yang terjadi..
Jam pun berdenting
Mencoba memecahkan heningnya malam
yang tak terselami jika hanya dilalui dengan beberapa lantunan nada
nan puitis.
Aku mendongakkan kepalaku,
Mengharap terlalu besar pada sebutir cahaya lamu..
Mengingat tak adanya kesempurnaan atau aku
yang terlalu banyak meminta untuk memiliki hati
yang sempurna …
Tuhaaannnn…….
Akankah aku kurang mensyukuri berkatMU
yang sangat indah bila dirasakan, sangat
nyaman bila dimiliki, namun sangat
pahit ketika aku harus menjalaninya …
Cinta ,
Jangan biarkan dia menyapaku sekejap saja, lebih cepat
dari sebuah intro musik yang kudengar tadi pagi.
Aku menutup telingaku seakan
tak ingin mendengar apapun alasan yang
terlontar yang mungkin lebih bisa dikatakan sebagai teriakan
burung – burung kecil yang hendak patah sayapnya .
terlalu banyak yang meracuni mataku.
Kini semua terbuang dan kubersihkan dari mataku.
Racun itu kuusap dengan telapak tanganku
sendiri.
Tapi,
Kenapa tiada henti racun itu mengalir membuat
rona mukaku lebam seperti habis dipukul oleh
lima orang berotot besar.
Aku kembali memejamkan mataku,
mendengarkan
hati yang galau yang sedang memanjatkan doanya
pada Penguasa Jagad Raya…
“Berikan aku lilin beserta apinya jika aku masih
harus berjalan walau terjal,
atau berikan aku bendera putih jika langkahku harus
berhenti disini…”
hai becca nice to be your friends, i am asad.. i am very glad if you want be my friend, i also study at anthropology departement at unpad
BalasHapus